Selasa, 03 November 2015

Gunung Ijen


Gunung Ijen adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia. Gunung ini mempunyai ketinggian 2.443 m dan telah beberapa kali meletus. Letusan terakhir terjadi pada tahun 1999. Salah satu fenomena alam yang paling terkenal dari Gunung Ijen adalah kawah yang terletak di puncaknya. Untuk mendaki ke gunung ini bisa berangkat dari Banyuwangi ataupun dari Bondowoso.

Sejarah Terbentuknya Gunung Ijen
Kompleks Ijen, terletak di Jawa Timur dekat kota Banyuwangi, adalah sebuah ekspresi pusat aktivitas vulkanik di timur pulau Jawa. Kompleks Ijen ini merupakan sebuah kaldera yang sangat besar dengan sejumlah bangunan-bangunan vulkanik yang lain, diantaranya dikenal dengan nama Gunung  Ijen dan Gunung  Raung adalah yang paling aktif.
Kawah Ijen (Ijen crater) merupakan sebuah danau terbesar di dunia dengan derajat keasaman yang sangat tinggi (pH <0,5) dan juga terisi air yang telah mengalami mineralisasi volkanik. Juga terdapat sebuah solfatara permanen di tepi danau, yang terus-menerus menghasilkan belerang murni. Belerang ini ditambang oleh pekerja lokal. Sesekali juga terjadi ledakan akibat adanya kegiatan freatik, yang terjadi ditengah danau. Aktifitas freaktik ini ditengarai sebagai indikasi ancaman utama dan telah terjadi beberapa kali.
Yang ditulis tentang Kawah Ijen ini merupakan sebuah terjemahan yang dibuat oleh Commission of Volcanic Lakes (Komisi danau Vulkanik) yaitu sebuah komisi dari organisasi dunia IAVCEI (International Association of Volcanology and Chemistry of the Earth’s Interior).

Gambar 1. Gunung Ijen


Terbentuknya Kaldera Ijen
Genesa Kaldera Gunung Ijen ini dibuat pertama kali oleh Van Bammelen tahun 1941. Kemudian disempurnakan oleh beberapa penulis berikutnya. Dibawah ini gambaran terbentuknya Kawah dan Kaldera Ijen.
Kondisi pada Pra-kaldera (sebelum terbentuk kaldera),  tidak diketahui apa yang terjadi sebelum 300.000 tahun lalu, namun diperkirakan sudah terbentuk  Stratovolcano tunggal (Paleo Ijen) dengan perkiraan ketinggian 3500 m.  Gunung yang berisi lava dan pyroclastics ini berada diatas endapan berumur Miosen (12.5 juta tahun) yang berupa batu gamping.
Pembentukan kaldera diperkirakan terkait dengan letusan dengan volume besar yang menghasilkan (~ 80 km3) endapan aliran piroklastik, yang mencapai ketebalan 100-150 m. Yang paling luas berada di bagian utara lereng  kompleks gunungapi ini.  Peristiwa ini diperkirakan terjadi beberapa waktu sebelum 50.000 tahun lalu, Ini disimpulkan berdasarkan pada analisa umur dari K-Ar (50 ± 20 ka) dari aliran lava dari Gunung  Blau yang dianggap menjadi unit pasca-kaldera tertua. Pada saat itu juga diperkirakan terjadi  pembentukan danau di lantai kaldera. Danau sedimen yang terdiri dari serpih, pasir dan saluran sungai endapan yang terkena di daerah utara dekat Blawan.
Kawah Ijen terletak di ketinggian 2.368 meter di atas permukaan laut. Yang menarik adalah kawah ini terletak di tengah kaldera yang terluas di Pulau Jawa. Ukuran kaldera sekitar 20 kilometer. Ukuran kawahnya sendiri sekitar 960 meter x 600 meter dengan kedalaman 200 meter. Kawah ini terletak di kedalaman lebih dari 300 meter di bawah dinding kaldera.
Kawah Ijen adalah sebuah danau kawah yang bersifat asam yang berada di puncak Gunung Ijen dengan tinggi 2.443 meter di atas permukaan laut dengan kedalaman danau 200 meter dan luas kawah mencapai 5.466 Hektar. Danau kawah Ijen dikenal merupakan danau air sangat asam terbesar di dunia. Kawah Ijen berada dalam wilayah Cagar Alam Taman Wisata Ijen, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Setiap dini hari sekitar pukul 02.00 hingga 04.00, di sekitar kawah dapat dijumpai fenomena blue fire atau api biru, yang merupakan keunikan tempat ini, karena pemandangan alami ini hanya terjadi di dua tempat di dunia yaitu Islandia dan Ijen. Dari Kawah Ijen, kita dapat melihat pemandangan gunung lain yang ada di kompleks Pegunungan Ijen, di antaranya adalah puncak Gunung Merapi yang berada di timur Kawah Ijen, Gunung Raung, Gunung Suket, Gunung Rante, dan sebagainya.
Kegiatan vulkanik pasca pembentukan kaldera diantaranya  fase letupan phreatomagmatic, freatik, strombolian dan Plinian yang menghasilkan kerucut lingkaran, yang umumnya berupa bangunan-bangunan komposit, dan kerucut dalam, yang sebagian besar adalah dibangun oleh material abu vulkanik. Gunung berapi ini menghasilkan abu vulkanik muda dan kerucut scoria (batu apung), serta lava, endapan aliran piroklastik dan endapan material hasil longsoran dan puing-puing yang sekarang mencakup aliran kaldera. Menurut Sitorus (1990) penanggalan radiokarbon dari endapan aliran piroklastik menghasilkan umur> 45.000  BP (di Jampit) 37.900 ± 1850 (di Suket), 29.800 ± 700 (di Ringgih), 24.400 ± 460 (di Pawenen Tua), 21.100 ± 310 (di Malang) dan 2.590 ± 60 (di Ijen).

Gambar 2. Kawah Gunung Ijen


Aktivitas Letusan Ijen
Kegiatan vulkanik yang tercatat ini adalah terbatas pada gunung berapi Ijen, yang memiliki kandungan asam di kawah danaunya,  setidaknya merupakan catatan dalam 200 tahun terakhir. Letusan bersejarah yang terdokumentasi ini tidak mencacat munculnya anak-anak produk magmatik tetapi terutama hanya freatik.
Berikut ringkasan didasarkan pada Kusumadinata (1979) dan Laporan Kegiatan Vulkanik dari Smithsonian Institution Program Global Vulkanisme:
·      [1796] terjadi letusan freatik
·      [1817] 15-16 Januari: Letusan freatik (banjir lumpur menuju Banyuwangi, cukup besar volume air danau dibuang ke Sungai Banyupahit)
·      [1917] 25 Februari – 14 Maret: danau tampak mendidih; letusan freatik berulang, lumpur dilemparkan hingga 8-10 m di atas permukaan danau.
·      [1921-1923] Peningkatan suhu air danau; uap gas di atas permukaan air danau.
·      [1936] 5-25 November 1936: Letusan freatik lahar memproduksi mirip dengan 1796 dan 1817
·      [1952] 22 April 1952: letusan uap sampai 1 km tinggi, lumpur dilemparkan hingga 7 m di atas permukaan danau
·      [1962] 13 April 1962: 7 m erupsi tinggi; gas gelembung di permukaan danau, sekitar 10 m dengan diameter
·      18 April: gelembung air hingga 10 m tinggi, perubahan cat air
·      [1976] 30 Oktober: air mendidih pada Silenong selama 30 menit
·      [1991] 15,21,22 Maret: gelembung air dan mengubah warna air, gas yang tinggi 25-50 m pencurahan pada kecepatan tinggi; kegiatan ini tercatat sebagai gempa seismik antara 16 dan 28 Maret.
·      [1993] 3,4,7 Juli dan 1 Agustus: letusan freatik, perubahan warna air danau, Pencurahan, kebisingan booming, uap menggumpal, semua terpusat di tengah danau
·      [1994] Februari 3: letusan freatik kecil dari bagian selatan danau. Bersamaan dengan letusan, tingkat danau naik ~ 1 m.
·      [1977] Akhir Juni 1997: periode aktivitas seismik meningkat, perubahan warna air danau; gas gelembung dan daerah sampai dipipinya; kuat bau belerang; burung terlihat jatuh ke air, satu atau lebih pekerja belerang dekat puncak melaporkan pusing dan sakit kepala.
·      [1999] 28 Juni: letusan freatik di dua lokasi. Sebuah ledakan yang menyertainya terdengar di pertambangan belerang km 2 situs dari puncak dan tremor vulkanik direkam dengan amplitudo 0.5-1 mm. Minggu berikutnya, 06-12 Juli, kuning abu-abu emisi sulfur yang diamati dari kawah dan keras “jagoan” terdengar suara. Air danau kawah adalah putih kecoklatan dan telah mengambang menggumpalkan belerang pada permukaan. Kegempaan meningkat dimulai pada awal April. Jumlah tipe B acara tetap tinggi (lebih dari 34/week) untuk sebagian periode melalui pertengahan Juni. Kemudian secara bertahap menurun kegempaan sampai pertengahan Juli, setelah mana jumlah mingguan B-jenis acara tetap stabil pada rata-rata 9/week. Selama periode 18 Mei sampai pekan yang berakhir pada tanggal 21 Juni sebuah “abu membanggakan putih” naik 50-100 m.

Gambar 3. Kenampakan Gunung Ijen


Danau Kawah Ijen
Kawah Ijen merupakan pusat danau kawah terbesar di dunia, yang bisa memproduksi 36 juta meter kubik belerang dan hidrogen klorida dengan luas sekitar 5.466 hektar. Kawah yang berbahaya ini memiliki keindahan yang sangat luar biasa dengan danau belerang berwarna hijau toska dengan sentuhan dramatis dan elok. Danau Ijen memiliki derajat keasaman nol dan memiliki kedalaman 200 meter. Keasamannya yang sangat kuat dapat melarutkan pakaian dan jari manusia.Kawah ini memiliki tingkat keasaman yang sangat tinggi yaitu mendekati nol sehingga bisa melarutkan tubuh manusia dengan cepat. Selain itu, suhu kawah yang mencapai 200 derajat celcius menambah takjub akan kawah yang sangat besar ini. Danau kawah itu terbentuk dari beberapa kali letusan Gunung Ijen yang terjadi pada tahun 1796, 1817, 1913, dan 1936.
Terlepas dari potensi bahaya lahar, telah telah dikenal sejak lama bahwa sifat asam dari air juga menghasilkan masalah lingkungan. Pada tahun 1921 dibangun sebuah bendungan untuk mengatur tingkat air, tetapi ternyata air telah merembes melalui dinding berpori, dan menyebabkan hulu sungai menjadi asam sepanjang 40 km panjang. Hal ini terjadi setelah adanya rekahan di dalam kaldera itu menyebabkan air menerobos tepi kaldera dan mencapai hunian penduduk di dataran aluvial sebelum mencapai Laut Jawa. Di daerah ini, hampir semua air sungai yang asam digunakan untuk irigasi. Perkebunan kopi yang luas menutupi sebagian besar dari dataran tinggi di dalam kaldera.
Danau Kawah berada pada ketinggian (2200 m dpl) memiliki bentuk oval yang teratur (600 x 1000 m), luas permukaan 41 x 106 m2 dan volumenya diperkirakan antara 32 dan 36 x 106 m3. Pada tahun 1921 dibangun bendungan oleh Belanda untuk mengatur tingkat air dan mencegah melimpah bencana selama musim hujan. Awalnya pintu air yang digunakan tetapi ini konstruksi tetapi sekarang tidak dapat dioperasionalkan lagi karena danau ini bocor. Kesamaan antara peta topografi 1920 (Kemmerling, 1921) dan 1994 (VSI) menunjukkan bahwa morfologi kawah tidak banyak berubah di terakhir meskipun sejarah peristiwa letusan freatik telah terjadi berulang-ulang. Sebaliknya, morfologi dasar danau kawah telah mengalami perubahan yang signifikan. Kedalaman soundingpada tahun 1925 mencatat kedalaman maksimum 198 meter pada titik terdalam, yang kemudian berada di sebelah timur dari pusat. Pada tahun 1938 titik terdalam telah bergerak ke barat dengan hasil bahwa danau lebih dalam di pusat (~ 200 m) dan di beberapa titik di bagian barat. Pengukuran kedalaman terbaru yang dilakukan pada tahun 1996 (Takano, data tidak dipublikasikan) menunjukkan bahwa kedalaman maksimum sedikit ber kurang.
Reaksi-reaksi akibat interaksi air dengan batuan panas hasil bekuan magma serta uap-uap magma dalam suhu tinggi ini terjadi dan menyebabkan keasaman tinggi dari air danau. Secara sederhana danau Kawah Ijen dibuat oleh  A. Bernard (tidak diterbitkan) digambarkan disebelah ini.  Menurut Bernard, air danau dengan kandungan  kimia ini ditentukan oleh volatil magmatik, interaksi batuan dan cairan, penguapan air danau, pengenceran oleh air meteorik dan daur ulang danau air melalui rembesan ke dalam sistem hidrotermal bawah permukaan.
Danau ini bertindak sebagai kimia kondensor untuk bahan yang mudah menguap dan juga sebagai perangkap panas kalorimeter yang dipasok oleh reservoir magmatik dangkal. Volatil magmatik dapat disuplai oleh sistem danau kawah berupa  injeksi langsung berupa  semburan uap magmatik (SO2, H2S, HCl dan HF) melalui rekah-rekah yang berhubung dgn dasar fumarol atau melalui air asin panas yang masuk di dasar danau. Dengan demikian  interaksi air hujan, panas, kimiawi batuan, serta semprotan uap magma bercampur-baur dan dimasak menjadi air danau yang sangat asam.
Danau kawah dan sekitarnya selain berbahaya juga membuat taman alam dengan keindahan unik yang membentuk pemandangan yang juga sangat unik. Bersama dengan sumber air panas dan air terjun di tangkapan kaldera, daerah ini juga menarik  wisatawan.

Gambar 4. Danau Kawah Ijen


Keadaan Sosial Masyarakat
Salah satu yang menjadi perhatian pengunjung di kawasan Kawah Ijen adalah adanya penambang belerang tradisional. Mereka dengan berani mendekati danau untuk menggali belerang dengan peralatan sederhana lalu dipikul dengan keranjang.
Para penambang belerang ini mengambil belerang dari dasar kawah. Di sini asap cukup tebal, namun dengan peralatan penutup hidung sekadarnya seperti sarung, mereka tetap mencari lelehan belerang. Lelehan belerang didapat dari pipa yang menuju sumber gas vulkanik yang mengandung sulfur. Gas ini dialirkan melalui pipa lalu keluar dalam bentuk lelehan belerang berwarna merah. Setelah membeku belerang berwarna kuning.
Setelah belerang dipotong, para penambang akan memikulnya melalui jalan setapak. Beban yang dipikul cukup berat antara 80 hingga 100 kg. Para penambang sudah terbiasa memikul beban yang berat ini sambil menyusuri jalan setapak di tebing kaldera menuruni gunung sejauh 3 kilometer.
Daerah bahaya/waspada Gunung Ijen terdapat di tiga kabupaten yaitu Bondowoso, Banyuwangi dan Situbondo. Jumlah penduduk yang tinggal di daerah bahaya Gunung Ijen pada tahun 1985 berjumlah 12.155 jiwa dengan luas area sekitar 65.367 km2.
Tempat pemukiman penduduk yang paling atas dan dekat dengan Gunung Kawah Ijen adalah desa Kali Anyar, Kecamatan Sempol Kabupaten Bondowoso Dulu Desa Kali Anyar termasuk dalam Kecamatan Klabang, sekarang mulai Januari 2001 dimasukkan dalam kecamatan Sempol. Berdasarkan data tahun 2001 (BPPTK), penduduk Desa Kali Anyar berjumlah 5.065 jiwa yang tersebar di 9 dusun yaitu : Plalangan, Blawan, K. Sengon, K. Gedang, Ler Penang, Sumberejo, G. Blau, Watu Capil dan Curah Macam. Penduduk Banyuwangi yang tinggal di daerah bahaya/waspada terutama yang tinggal di daerah sepanjang aliran Kali Bendo dan Kali Mailang.
Penduduk Kabupaten Situbondo yang tinggal di daerah bahaya/waspada Gunung Ijen adalah yang terletak di sepanjang aliran Kali Banyuputih antara lain kecamatan Banyuputih dan Asem Bagus. Penduduk tersebut pada umumnya bekerja sebagai petani, pegawai perkebunan/pabrik, dan buruh.
Sejak ramai dikunjungi turis asing, para petambang belerang di Ijen memang turut kecipratan berkah. Setiap petambang diberi imbalan Rp200.000-Rp300.000 dalam sekali jalan menemani turis asing. Untuk mendampingi wisatawan lokal, mereka mendapat uang jasa Rp100.000-Rp150.000, tergantung kesepakatan.
Perjuangan yang begitu besar apabila melihat aktivitas para penambang belerang yang setiap hari harus mengangkut 2 (dua) bakul belerang yang beratnya dapat mencapai kurang lebih 90 kg. Dan, setiap kilogramnya hanya dihargai Rp620,00 setiap kilogram belerang yang dibawa oleh para penambang akan dipotong sekitar 5 kg. Perhitungan matematisnya, misalnya satu penambang membawa 90 kg, akan dipotong 5 kg, sehingga yang didapat sekitar 95 kg, lalu dikalikan dengan Rp620,00, (95 kg x 620) akan didapat Rp58.900,00 untuk sekali angkut.
Aktivitas penambangan di kawah Gunung Ijen memang sudah dimulai sejak tahun 1960-an, dalam kurun waktu tersebut hingga sekarang telah berpuluh-puluh kilogram bahkan mungkin mencapai puluhan ton belerang yang telah diangkut dari kawah. Tidak salah kalau kawah Gunung Ijen dapat disebut dengan pabrik belerang. Kebutuhan industri (kimia, kosmetik, pabrik gula, dan lain-lain) yang besar akan manfaat dan fungsi belerang menjadi daya tarik penambangan belerang di kawah Ijen.
Satu hal yang menarik dan mungkin juga menyedihkan adalah para penambang tersebut telah melakukan penambang dari mereka usia remaja (14-16 tahun) dan biasanya usaha ini dilakukan turun menurun dalam satu keluarga. Risiko yang dihadapi oleh para penambang juga sangat besar mulai dari semburan asap belerang yang beracun hingga terjatuh ke dalam jurang gunung, mereka pertaruhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.
Manfaat belerang ini pun tak perlu diragukan lagi. Selain sebagai barang tambang, belerang juga digunakan untuk berbagai pelengkap kebutuhan manusia, sebagai obat misalnya.
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan nomor atom 16 dan bentuknya non-metal yang tak berasa. Belerang, dalam bentuk aslinya, merupakan zat padat kristalin kuning. Namun di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral-mineral sulfida dan sulfat. Ia adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino. Penggunaan komersilnya terutama dalam fertilizer namun juga dalam bubuk mesiu, korek api, insektisida dan fungisida.
Unsur alami dan sifat belerang banyak digunakan di sejumlah produk obat dan kosmetik yang membantu dalam masalah jerawat. Belerang sangat baik dalam membunuh mikroorganisme berbahaya seperti bakteri.
Gambar 5. Penambang Belerang di Gunung Ijen

Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Gunung Kawah Ijen memiliki sumberdaya gunungapi bervariasi dan sangat potensial yang meliputi :
a.    Sublimat belerang
Sublimat belerang merupakan produk Gunung Kawah Ijen yang sudah dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dalam industri kimia. Belerang dihasilkan dari hasil sublimasi gas-gas belerang yang terdapat dalam asap solfatara yang bersuhu sekitar 200 °C. Kapasitas belerang rata-rata sekitar 8 ton/hari . Lapangan solfatara terletak di sebelah tenggara danau Kawah Ijen.
b.    Sumber mataair panas
Sumber mataair panas bertipe asam sulfat khlorida dengan suhu 70 °C dan pH sekitar 2, 6 terdapat didekat lapangan solfatara Ijen. Sedangkan air panas netral bertipe bikarbonat dengan suhu sekitar 45 ° terdapat di dalam kaldera Ijen sebelah utara yaitu di Blawan, Kabupaten Bondowoso
c.     Air Danau Kawah Ijen
Danau Kawah Ijen merupakan reaktor multi komponen yang didalamnya terjadi berbagai proses baik fisika maupun kimia antara lain pelepasan gas magmatik, pelarutan batuan, pengendapan, pembentukan material baru dan pelarutan kembali zat-zat yang sudah terbentuk sehingga menghasilkan air danau yang sangat asam dan mengandung bahan terlarut dengan konsentrasi sangat tinggi. Air danau kawah Ijen dapat dibuat gipsum dengan cara menambahkan kapur tohor kedalamnya. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan di BPPTK tiap 1 liter air kawah Ijen yang direksikan dengan kapur tohor secara stokiometri menghasilkan 100 gram gipsum.
d.    Lapangan Gipsum/anhidrit
Pembentukan gipsum/anhidrit terjadi di bawah dam Kawah Ijen yaitu di hulu Kali Banyupait. Air danau kawah yang mengandung sulfat dengan konsentrasi tinggi merembes dan atau melewati batuan sehingga terbentuk gipsum. Batuan disini berfungsi sebagai sumber kalsium. Dengan adanya proses penguapan/pemanasan di permukaan gipsum yang terjadi dapat kehilangan airnya sehingga membentuk anhidrit.
e.    Batuan vulkanik terutama batu apung
Batu apung banyak ditemukan disekitar danau kawah Ijen terutama di hulu Kali Banyupait.

f.     Objek Wisata dan studi vulkanologi
Gunung Danau Kawah Ijen selain menarik dijadikan sebagai objek wisata juga sangat menarik untuk studi geologi dan geokimia.
Gunung Kawah Ijen merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Jawa Timur yang selalu ramai dikunjungi baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Alam pegunungan yang indah dan sejuk sering mereka nikmati mulai dengan cara berkemah di Paltuding. Dengan ditemuinya ayam hutan disepanjang jalan aspal menunjukkan bahwa. keasrian gunung dan hutan masih terawat dengan baik.
Di Puncak Gunung Ijen terdapat danau kawah dengan airnya yang berwarna hijau toska dan ber-pH sangat asam. Di sebelah tenggara danau terdapat lapangan solfatara yang merupakan dinding danau Kawah Ijen dan di bagian barat terdapat Dam Kawah Ijen yang merupakan hulu dari Kali Banyupait.
Lapangan solfatara Gunung Kawah Ijen yang selalu melepaskan gas vulkanik dengan konsentrasi sulfur yang tinggi dan bau gas yang kadang menyengat dan mengiritasi saluran pernafasan ini merupakan objek wisata yang tak pernah terlewatkan untuk didatangi, bahkan tempat ini disiang hari tak pernah sepi karena selalu terdapat penambang belerang yang mengambil dan mengangkut/memikul sublimat belerang sampai di Paltuding.
Dam Kawah Ijen merupakan bagian dari objek wisata menarik tetapi tidak selalu dikunjungi oleh wisatawan dikarenakan antara lain pencapaiannya yang sulit disebabkan jalan menuju kesana sering rusal karena terjadi longsor. Dam Kawah Ijen adalah bangunan beton yang dibangun sejak jaman penjajahan Belanda dan dimaksudkan untuk mengatur level air danau agar tidak menyebabkan banjir air asam. Tetapi bendungan ini sekarang tidak berfungsi karena air tidak pernah mencapai pintu air disebabkan terjadinya rembesan/bocoran air danau di bawah dam.
Terjadinya rembesan yang terus menerus ini mengakibatkan terjadi proses pembentukan gypsum dari hasil reaksi sulfat yang terkandung dalam air danau dengan senyawa Kalsium baik dari air tersebut maupun dengan Kalsium dari batuan yang dilewati dan proses penguapan yang juga mempercepat pembentukannya. Lapangan Gipsum dapat menjadi salah satu objek wisata yang menarik bila dikelola secara professional.





Daftar Pustaka

Wisata Banyuwangi.(n.d). Kawah Ijen_Banyuwangi.http://www.eastjava.com/tourism/banyuwangi/ina/ijen-crater.html (Diakses pada Sabtu 31 Oktober 2015 pukul 3:20)
Sahabat Wisata Indonesia . (n.d). Sejarah Terbentuknya Gunung Ijen.http://sahabatwisataindonesia.com/sejarah-terbentuknya-gunung-ijen/  ( Diakses pada Sabtu 31 Oktober 2015 pukul 3:37)
Suparman, Yassa. (2010). Gunung Api Indonesia. http://volcanoindonesia.blogspot.co.id/2010/11/kawah-ijen.html (Diakses pada Sabtu 31 Oktober 2015 pukul 3:45)

Senin, 12 Oktober 2015

BATUAN PIROKLASTIK


         Batuan piroklastik merupakan batuan hasil letusan gunung berapi akibat adanya gaya endogen. Material hasil letusan gunung berapi tersebut kemudian terendapkan sebelum mengalami transportasi (reworked) oleh air atau es. Setelah proses pengendapan mengalami proses kompaksi (litifikasi) yang kemudian menjadi batuan piroklastik. Batuan piroklastik disebut juga batuan fragmental yang secara khusus terbentuk dari hasil kegiatan gunungapi dapat berupa aliran lava berupa produk ledakan/eksplosif dari material yang bersifat padat, cair ataupun gas yang terdapat dalam perut bumi.
Proses pembentukan batuan piroklastik diawali oleh meletusnya gunungapi, mengeluarkan magma dari dalam bumi diakibatkan dari energi yang sangat besar yaitu gaya endogen dari pusat bumi. Magma yang dikeluarkan oleh gunung itu terhempas ke udara, sehingga magma tersebut membeku dan membentuk gumpalan yang mengeras (yang kemudian disebut batu). Gumpalan tersebut memiliki tekstur dan struktur yang tertentu pula. Sedangkan batu-batu tadi yang telah mengalami prosespengangkutan (transportasi) oleh angin dan air, maka batuan tersebut disebut dengan batuan epiklastik. Batuan epiklastik ini yaitu batuan yang telah mengalami pengangkutan yang mengakibatkan terjadinya pengikisan pada batuan oleh media air dan angin yang membawanya. Batuan epiklastik ini terdapat pada dataran yang rendah, disebabkan oleh air dan angin yang membawanya ke tempat yang rendah disekitar gunung api
Terbentuknya batuan piroklastik diawali dengan meletusnya gunungapi yang mengeluarkan magma dari dalam bumi akbiat energi yang sangat besar yaitu gaya endogen dari pusat bumi. Magma tersebut terhempas ke udara kemudian membeku dan membentuk gumpalan yang mengeras (disebut batu). Batu-batu tersebut mengalami pengangkutan (tertransportasi) oleh angin dan air yang disebut dengan batuan epiklastik. Perbedaan batuan epiklastik dan piroklastik yaitu batuan epiklastik mengalami transportasi oleh air dan angin, sedangkan batuan piroklastik terendapkan dan menjadi batuan sebelum mengalami transportasi (reworked) oleh air dan es.
Pada kenyataannya, batuan hasil letusan gunung api dapat berupa suatu hasil lelehan yang merupakan lava yang telah dibahas dan diklasifakasikan ke dalam batuan beku, serta dapat pula berupa produk ledakan atau eksplosif yang bersifat fragmental dari semuBatuan piroklastik dapat terdiri dari berbagai macam ukuran clast; dariagglomerates terbesar, dengan sangat halus dan tuffs abu. Pyroclasts denganukuran yang berbeda diklasifikasikan sebagai bom vulkanik, lapilli dan abuvulkanik. Abu dianggap piroklastik karena debu halus terbuat dari batu vulkanik.Salah satu bentuk yang paling spektakuler adalah deposito piroklastik ignimbrites,deposito dibentuk oleh suhu tinggi gas dan abu campuran dari aliran piroklastik acara.Tiga jenis transportasi dapat dibedakan: aliran piroklastik, aliran piroklastik, dan piroklastik jatuh. Selama letusan Plinian, batu apung dan abuyang terbentuk ketika magma silicic terpecah dalam saluran vulkanik, karenadekompresi dan pertumbuhan gelembung. Pyroclasts kemudian entrained dalamletusan apung membanggakan yang dapat naik beberapa kilometer ke udara danmenyebabkan bahaya penerbangan. Partikel jatuh dari awan letusan bentuk lapisan di tanah (ini jatuh atau tephra piroklastik). Piroklastik kerapatan arus, yangdisebut sebagai 'aliran' atau 'gelombang', tergantung pada konsentrasi partikel dantingkat turbulensi, kadang-kadang disebut bercahaya longsoran. Deposit batuapung yang kaya aliran piroklastik dapat disebut ignimbrites.a bentuk cair, gas atau padat yang dikeluarkan dengan jalan erupsi.




                  Gambar 1. Genesa Letusan Gunung Api

·      KLASIFIKASI ENDAPAN PIROKLASTIK
Pada kenyataannya, batuan hasil letusan gunung api dapat berupa suatu hasil lelehan yang merupakan lava yang telah dibahas dan diklasifakasikan ke dalam batuan beku, serta dapat pula berupa produk ledakan atau eksplosif yang bersifat fragmental dari semua bentuk cair, gas atau padat yang dikeluarkan dengan jalan erupsi. Endapan piroklastik mulanya terjadi akibat adanya jatuhan pada saat gunung api meletus, dan pada saat pengendapan memiliki ukuran ketebalan yang sama pada endapannya. Piroklastik lainnya yaitu piroklastik aliran akan membentuk penebalan apabila pada proses pengendapannya ada cekungan, dan piroklastik surge penyatuan antara piroklastik endapan dan piroklastik aliran.
Endapan piroklastik menurut Mc Phie et al (1993) adalah endapan volkaniklastik primer yang tersusun oleh partikel (piroklas) terbentuk oleh empsi yang eksplosif dan terendapkan oleh proses volkanik primer (jatuhan, aliran, surge). Proses erupsi ekplosif yang terlibat dalam pembentukan endapan piroklastik meliputi tiga tipe utama yaitu : erupsi letusan magmatik, erupsi freatik dan erupsi freatomagmatik. Ketiga tipe erupsi ini mampu menghasilkan piroklas yang melimpah yang berkisar dari abu halus (< 1/16 mm) hingga blok dengan panjang beberapa meter.

Gambar 2. Proses vulkanisme



        Skema Proses  Pembentukan Batuan Piroklastik 

Termasuk dalam tipe endapan piroklastik meliputi:
1.      Piroklastik Jatuhan (Fall )
Endapan jatuhan piroklastik yang terjadi dari letusan gunung api yang meledak yang kemudian terlempar pada suatu permukaan, memiliki ketebalan endapan yang relative berukuran sama. Piroklastik yang dilontarkan secara ledakan ke udara sementara akan tersuspensi, yang selanjutnya jatuh ke bawah dan terakumulasi membentuk endapan piroklastik jatuhan. Endapan merupakan produk dari jatuhan baiistik dan konveksi turbulen pada erupsi kolom (Lajoie, 1984).
Pembentukan dari Endapan ini berkaitan dengan Proses Vulkanik Gunung Berapi yaitu ledakan yang Eksploasif dimana  material yang ada akan dilemparkan ke udara secara sementara  . Piroklastik yang ada  setelah meledak dan berada di Atmosfer / Udara akan mengalami Suspensi dan kemudian akibat adanya gaya gravitasi  akan jatuh kembali ke Bawah melalui Atmosfir  dan membentuk Endapan piroklastik yang berada di sekitar wilayah Gunung Berapi  .
Dari proses pembentukannya dapat kita simpulkan bahwa material yang paling banyak terbentuk pada proses ini adalah material yang bersifat ringan seperti Debu / Abu vulkanik (Ash ), pumice atau  scoriaan. Namun dapat juga material Padat seperti  Lapilli bergantung kepada jenis ledakan yang terjadi atau secara garis besar  factor yang mempengaruhi Distribusi Materialnya dalah Ukuran fragmen / materialnya , kekuatan Ledakan dan juga Arah Angin. Pada Proses pembentukan Endapanya selain endapan yang tersebar secara merata di sekitar wilayah gunung Berapi  dan menjauh dari pusat erupsinya, proses  pembentukan endapanya tidak dipengaruhi oleh topografi alam sekitarnya tetapi akan mempengaruhi  bentuk wilayah sekitar seiring dengan berjalnnya waktu (membentuk bidang waktu).  Pada pembentukan Endapanya  akan terlihat adanya bentuk perlapisan yang baik serta pada lapisan akan terlihat struktur Butiran yang bersusun dan terdapat pemilahan Butiran, dan juga pada strata sedimen dari piroklastik terbentuk kenampakan gradasi normal dan reverse.  Contoh dari Endapan ini adalah Agglomerate, breksi  dan tuff .
Ciri-ciri:
a.       Sebaran mengikuti topografi
b.      Ukuran butiran menghalus, lapisan menipis menjauhi pusat erupsi
c.       Struktur :graded bedding normal dan reverse
d.      Komposisi : pumice, scoria, abu/debu, sedikit lapili
e.       Macam-macam : scoria-fall deposit, pumice-fall deposit, ash-fall deposit

2.      Piroklastik Aliran (Flow)
Endapan piroklastik yang umumnya mengalir kebawah dari pusat letusan gunung api yang memiliki kecepatan tinggi pada saat adanya longsoran. Endapan aliran ini berisikan batu yang berukuran bongkah dan abu.
Piroklastik aliran adalah aliran panas dengan konsentrasi tinggi, debt permukaan, mudah bergerak, berupa gas dan partikel terdispersi yang dihasilkan oleh erupsi volkanik (Wright et al 1981, vide Mc Phie et al 1993). Fisher & Schmincke (1984) menyebutkan bahwa pirokiastik aliran adalah aliran densitas partikel-partikel dan gas dalam keadaan panas yang dihasilkan oleh aktifitas volkanik. Aliran piroklastik melibatkan semua aliran pekat yang dihasilkan oleh letusan atau guguran lava baik besar maupun kecil.
Jenis dari proses Endapan ini berkaitan dengan material Gas , Padat , dan  Cair  yang bercampur di dalamnya yang langsung keluar dari pusat Erupsi kemudian mengalami pergerakan dalam bentuk Aliran. Dimana material gas atau yang berbentuk setengah padat ini akan bergerak  atau tertransportasi di atas Tanah menuruni kemiringan lereng yang ada dengan cara mengalir atau Flow. Material pada Batuan ini biasanya membentuk Ikatan yang terbuka sehingga Kontak antar fragmen sangat jarang terjadi. Pada Aliran Piroklastik terdapat dua buah bagian yang bergerak yaitu Aliran basal berupa Fragmen yang kasar dan besar yang bergerak di atas tanah dan Aliran Abu berupa partikel yang halus yang bergerak di atas aliran basal. Aliran abu pada umumnya jatuh di wilayah yang Luas karena merupakan material yang ringan dan melawan arah angin dari aliran Basal, hal inilah yang menyebabkan lapisan pada Endapanya ada yang bergradasi normal dan juga reverse. Hasil dari Endapan ini dapat berupa glowing avalanche, lava collapse dan  hot ash avalanche.
Contoh dari Proses endapan aliran ini adalah yang terjadi di  Gunung St Helens pada 18 Mei,  Mont Pelee (Martinique, Hindia Barat) pada tahun 1902, dan aliran Koya 6000 tahun  yang lalu di selatan Jepang.
Endapan aliran dibagi menjadi:
·      Endapan aliran debu dan balok/blok
-     Terdiri dari lapili vesikuler dan debu
-     Sorting buruk; butiran menyudut
-     Sebaran tidak merata; menebal di bagian lembah
-     Seringkali berasosiasi dengan lava riolitik, dasitik, andesitik
·      Endapan aliran scoria
-     Didominasi oleh lapili scoria
-     Komposisi andesitik, basaltik
·      Endapan aliran pumice
-     Komposisi dasitik, riolitik
-     Lapili, blok, pecahan gelas bertekstur pumice


Piroklastik Jatuhan
Piroklastik Aliran
Sortasi
Sortasi baik (well sorted)
Sortasi buruk (poorly sorted)
Ketebalan lapisan
Teratur dan mengikuti
permukaan yang ditutupi (mantle bedding)
Tidak teratur, menipis pada tinggian, menebal pada cekungan, menipis secara lateral terhadap batas saluran
Gradasi dan laminasi
Lapisan massif jarang; gradasi normal Jarang, tapi dapat Nadir, tidak ada struktur traksi yang tegas seperti laminasi parallel dan laminasi oblique, tetapi crude strait umum
Lapisan massif. Gradasi terbalik umum pada endapan yang terakumulasi dari suspensi laminar (aliran debris dan butiran). Gradasi normal banyak dijumpai pada endapan yang berasal dari suspensi turbulen dan itu umumnya ditemukan mendasari atau menutupi bagian laminasi.
Tabel 1. Perbedaan yang dapat diamati dari lapisan antara endapan piroklastik jatuhan dan pirokiastik aliran (Lajoie, 1984)


Gambar 3. Siklus Endapan Piroklastik Aliran

3.      Piroklastik Surge
Endapan piroklastik surge dihasilkan dari letusan gunung api yang kemudian mengalir karena adanya penyatuan dari jatuhan dan aliran. Pyroclastic surge adalah batuan piroklastik yang material penyusunnya  tertransport melalui permukaan tanah tetapi terjadi proses spin / turbulen (menggelinding atau berputar) sehingga akibat proses spinini/turbulen , material penyusunya cenderung mengalami proses pembulatan (rounded) .  Pada proses terjadinya pyroclastic surge juga terjadi Gelombang Piroklastik dimana terjadi pergolakan antara massa fluida dan gas serta adanya ledakan dari material padat berupa Fragmen batuan pada saat terjadi Aktivitas Gunung Berapi.
Kemampuan dari pergerakan Pyroclastic surge ini jauh lebih besar daripada Pyroclastic flow, Pyroclastic surge dapat bergerak sampai 1050 km/ jam dan sifatnya yang bergolak dapat memungkinkan Pyroclastic jenis ini dapat menaiki Pegunungan atau Bukit tidak hanya menuruni Lereng seperti Pyroclastic Flow.  Pyroclastic Surge bias tidak dan bias juga tergantung pada Topografi wilayah di sekitarnya.  terdapat dua jenis Pyroclastic Surge dapat dibagi ke dalam dua bentuk  yaitu:  Gelombang piroklastik yang "panas"  yang terdiri dari awan kering dan batuan dan Gas yang memiliki suhu yang Tinggi   bias sampai 100 0 C dan  gelombang Piroklastik yang "dingin"  atau disebut juga Basis Surge  yang terdiri dari batuan, uap dan air yang memiliki suhu di bawah  100 0 C. Terdapat beberapa jenis Basis Surge tergantung bagaimana Asosiasinya dengan Piroklastik yang lain  yaitu  Endapan Base Surge bila berasosiasi dengan Endapan jatuhan ,  Endapan  Ground Surge bila berasosiasi dengan Aliran piroklastik,  Endapan Ash-Cloud Surge  bila berada di atas endapan aliran piroklastik.
Piroklastik baik yang panas maupun dingin akan mengakibatkan kerusakan atau menghancurkan segala jenis Benda yang dilewatinya baik vegetasi maupun struktur  yang dilewatinya , menutupi seluruh permukaan tanah dengan lapisan Abu dan Puing-Puing kasar  dengan ketebalan yang bervariasi mulai dari sentimeter atau lebih tebal lagi. Karena suhu yang tinggi dan mobilitas yang cepat Endapan ini dapat membakar atau menyebabkan kematian pada hewan, manusia dan Tumbuhan. Piroklastik surge dibagi menjadi:
·      Endapan base surge
Berasosiasi dengan endapan jatuhan
·      Endapan ground surge
Berasosiasi dengan endapan aliran piroklastik
·      Endapan ash-clouds surge
Biasanya di bagian atas endapan aliran piroklastik


               Gambar 4. Siklus Endapan Surge


Piroklastik jatuhan
Piroklast terlontar ke athmosfir dan jatuh ke bawah
Aliran Piroklastik
Konsentrasi partikel relatif tinggi yang bergerak di dasar/lereng volkan
Gelombang Piroklastik
Konsentrasi partikel relatif rendah yang bergerak menuruni dasar/lereng volkan



Gambar 5. Jenis endapan piroklastik



Gambar 6. Klasifikasi endapan piroklastik

 
Gambar 7. Karakteristik endapan yang berasal dari erupsi eksplosif (endapan piroldastik primer) Mc Phie et al, 1983.

·      KLASIFIKASI BATUAN PIROKLASTIK
Pembuatan klasifikasi batuan piroklastik sudah banyak dibuat oleh para ahli, tetapi masih terjadi kekurangan maupun perbedaan tentang batuan piroklastik. Klasifikasi berdasarkan perkembangan terbentuknya batuan piroklastik sangat sulit, sedangkan saat ini klasifikasi didasarkan pada:
-       Asal - usul fragmen
-       Ukuran fragmen
-       Komposisi fragmen
1.      Klasifikasi berdasarkan asal - usul fragmen
Batuan piroklastik yang merupakan hasil endapan bahan volkanik dari letusan tipe eksplosif maka Johnson dan Levis (1885), lihat Mac Donald (1972) membuat klasifikasi sebagai berikut
a.    Kelompok Material Esensial (juvenil)
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah material langsung dari magma yang diletuskan baik yang tadinya berupa padatan atau cairan serta buih magma. Massa yang tadinya berupa padatan akan menjadi blok piroklastik, massa cairan akan segera membeku selama diletuskan dan cenderung membentuk bom piroklastik dan buih magma akan menjadi batuan yang porous dan sangat ringan, dikenal dengan batuapung. Fragmen berasal langsung dari pembekuan magma segar.
b.    Kelompok material Asesori (Cognate)
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah biia materialnya berasal dari endapan letusan sebelumnya dari gunungapi yang sama atau tubuh volkanik yang lebih tua. Fragmen berasal dari lava atau piroklastik yang terdapat pada kerucut volkanik.
c.    Kelompok Asidental (bahan asing)
Yang dimaksud dengan material asidental adalah material hamburan dari batuan dasar yang lebih tua di bawah gunung api tersebut, terutama adalah batuan dinding di sekitar leher volkanik. Batuannya dapat berupa batuan beku,endapan maupun batuan ubahan. Fragmen yang berasal dari batuan lain yang tidak menunjukkan gejala pembekuan, metamorfisme.
2.      Klasifikasi berdasarkan ukuran dari fragmen
Klasifikasi ini dibuat pertama kali oleh Grabau (1924) dalam Carozzi (1975) :
o   2,5 mm : Rudyte
o   2,5 - 0,5 mm : Arenyte
o   < 0,5 mm : Lutyte
Klasifikasi batuan piroklastik dari Wenworth dan Williams (1932) dalam Pettijohn banyak dipakai, tetapi kisaran yang dipakai tidak sama antara batuan sedimen dan piroklastik :
o   Breksi volkanik
Tersusun dari fragmen-fragmen diameter > 32 mm, bentuk fragmen meruncing. Breksi Volkanik seperti halnya aglomerat, breksi volkanik juga dibentuk oleh material gunungapi (volkanik)
o   Aglomerat
Fragmen berupa born-born dengan ukuran > 32 mm. Aglomerat adalah batuan piroklastik yang mirip dengan konglomerat (batuan sedimen) di dalam tekstur. Perbedaannya terletak pada komposisi, dimana aglomerat terdiri dari fragmen-fragmen volkanik (lava dan piroklastik di antaranya gelas)
o   Lapili/tuf lapili: Fragmen tersusun atas Lapili yang berukuran antara 4 mm -32 mm. Tufa (Tuff), batuan piroklastik yang berukuran halus adalah tufa (tuff). Batuan ini terdiri dari material fragmen kristal / mineral. Berdasarkan pada komponen terbanyak fragmen kristal / mineral yang dikandung, tufa dapat dibedakan atas 3 golongan sebagai berikut :
a.       Tufa Vitric : Banyak fragmen gelas
b.      Tufa Kristal : Banyak fragmen kristal
c.       Tufa Lithik : Banyak fragmen batuan
o   Tuf kasar : Fragmen-fragmen tersusun atas abu kasar dengan ukuran butir terletak antara 0,25 mm - 4 mm
o   Tuf halus : Fragmen-fragmen tersusun atas abu halus dengan ukuran < 0,25 mm

Tabel 2. Klasifikasi Schmid, 1981

Gambar 8. Klasifikasi Fisher 1966

·      MINERAL PENYUSUN BATUAN PIROKLASTIK
Susunan mineral dari batuan piroklastik tidak jauh berbeda dengan mineral pembentuk batuan beku. Hal ini disebabkan oleh zat yang terkandung dalam mineral penyusunnya sama, yaitu magma. Dan yang membedakannya hanyalah bentuk dari butirannya. Pada batuan beku butirannya campuran dari beberapa butir, dan batuan piroklastik gabungan dari butiran.
·      TIGA JENIS FRAGMEN DALAM ENDAPAN PIROKLASTIK
1.      Fragmen Lava Baru
2.      Fragmen Litik
3.      Kristal Individu
·      STRUKTUR BATUAN PIROKLASTIK
Seperti halnya batuan volkanik lainnya, batuan piroklastik mempunyai struktur vesikuler, scoria dan amigdaloidal. Jika klastika pijar dilemparkan keudara dan kemudia terendapkan dalam kondisi masih panas, berkecenderungan mengalami pengelasa antara klastika satu dengan lainnya. Struktur tersebut dikenal dengan pengelasan atau welded. Struktur Batuan Piroklastik yang lain adalah :
a.    Masif : Batuan masif bila tidak menunjukan struktur dalam.
b.    Laminasi : Perlapisan dan struktur sedimen yang mempunyai ketebalan kurang dari 1 cm.
c.    Berlapis : Perlapisan dan struktur sedimen yang mempunyai ketebalan lebih dari 1 cm.


DAFTAR PUSTAKA

Staff Asisten Mineralogi dan Petrologi. 1995. Diktat Praktikum Petrologi. Laboratorium   Bahan Galian Jurusan Teknik Geologi UGM. Yogyakarta.

Mulyanti, Wini Rina. (n.d). Batuan Piroklastik. Retrieved from http://www.academia.edu/8825662/BATUAN_PIROKLASTIK (Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 21.32 WIB)

Universitas Gadjah Mada. BAB III Batuan Piroklastik. Retrieved from            http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/40384/d025fd0777d36d725d3a023f00a51cb (Diakses pada tanggal 12 Oktober 2015 pukul  22.33 WIB).

Hidayat, Arief.(n.d).Laporan Petrologi Batuan Piroklastik. Retrieved from https://www.scribd.com/doc/24314361/laporan-petrologi-batuan-piroklastik (Diakses pada tanggal 12 Oktober 2015 pukul 23.47 WIB)