Gunung Ijen
Gunung Ijen
adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di perbatasan antara Kabupaten
Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia. Gunung ini mempunyai
ketinggian 2.443 m dan telah beberapa kali meletus. Letusan terakhir terjadi
pada tahun 1999. Salah satu fenomena alam yang paling terkenal dari Gunung Ijen
adalah kawah yang terletak di puncaknya. Untuk mendaki ke gunung ini bisa
berangkat dari Banyuwangi ataupun dari Bondowoso.
Sejarah Terbentuknya Gunung Ijen
Kompleks Ijen,
terletak di Jawa Timur dekat kota Banyuwangi, adalah sebuah ekspresi pusat
aktivitas vulkanik di timur pulau Jawa. Kompleks Ijen ini merupakan sebuah
kaldera yang sangat besar dengan sejumlah bangunan-bangunan vulkanik yang lain,
diantaranya dikenal dengan nama Gunung
Ijen dan Gunung Raung adalah yang
paling aktif.
Kawah Ijen
(Ijen crater) merupakan sebuah danau terbesar di dunia dengan derajat keasaman
yang sangat tinggi (pH <0,5) dan juga terisi air yang telah mengalami
mineralisasi volkanik. Juga terdapat sebuah solfatara permanen di tepi danau,
yang terus-menerus menghasilkan belerang murni. Belerang ini ditambang oleh
pekerja lokal. Sesekali juga terjadi ledakan akibat adanya kegiatan freatik,
yang terjadi ditengah danau. Aktifitas freaktik ini ditengarai sebagai indikasi
ancaman utama dan telah terjadi beberapa kali.
Yang ditulis
tentang Kawah Ijen ini merupakan sebuah terjemahan yang dibuat oleh Commission
of Volcanic Lakes (Komisi danau Vulkanik) yaitu sebuah komisi dari organisasi
dunia IAVCEI (International Association of Volcanology and Chemistry of the
Earth’s Interior).
Gambar 1. Gunung Ijen
Terbentuknya Kaldera Ijen
Genesa Kaldera
Gunung Ijen ini dibuat pertama kali oleh Van Bammelen tahun 1941. Kemudian
disempurnakan oleh beberapa penulis berikutnya. Dibawah ini gambaran
terbentuknya Kawah dan Kaldera Ijen.
Kondisi pada
Pra-kaldera (sebelum terbentuk kaldera),
tidak diketahui apa yang terjadi sebelum 300.000 tahun lalu, namun
diperkirakan sudah terbentuk
Stratovolcano tunggal (Paleo Ijen) dengan perkiraan ketinggian 3500
m. Gunung yang berisi lava dan
pyroclastics ini berada diatas endapan berumur Miosen (12.5 juta tahun) yang
berupa batu gamping.
Pembentukan
kaldera diperkirakan terkait dengan letusan dengan volume besar yang
menghasilkan (~ 80 km3) endapan aliran piroklastik, yang mencapai
ketebalan 100-150 m. Yang paling luas berada di bagian utara lereng kompleks gunungapi ini. Peristiwa ini diperkirakan terjadi beberapa
waktu sebelum 50.000 tahun lalu, Ini disimpulkan berdasarkan pada analisa umur
dari K-Ar (50 ± 20 ka) dari aliran lava dari Gunung Blau yang dianggap menjadi unit pasca-kaldera
tertua. Pada saat itu juga diperkirakan terjadi
pembentukan danau di lantai kaldera. Danau sedimen yang terdiri dari
serpih, pasir dan saluran sungai endapan yang terkena di daerah utara dekat
Blawan.
Kawah Ijen
terletak di ketinggian 2.368 meter di atas permukaan laut. Yang menarik adalah
kawah ini terletak di tengah kaldera yang terluas di Pulau Jawa. Ukuran kaldera
sekitar 20 kilometer. Ukuran kawahnya sendiri sekitar 960 meter x 600 meter
dengan kedalaman 200 meter. Kawah ini terletak di kedalaman lebih dari 300
meter di bawah dinding kaldera.
Kawah Ijen
adalah sebuah danau kawah yang bersifat asam yang berada di puncak Gunung Ijen
dengan tinggi 2.443 meter di atas permukaan laut dengan kedalaman danau 200
meter dan luas kawah mencapai 5.466 Hektar. Danau kawah Ijen dikenal merupakan
danau air sangat asam terbesar di dunia. Kawah Ijen berada dalam wilayah Cagar
Alam Taman Wisata Ijen, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Setiap dini hari
sekitar pukul 02.00 hingga 04.00, di sekitar kawah dapat dijumpai fenomena blue
fire atau api biru, yang merupakan keunikan tempat ini, karena pemandangan
alami ini hanya terjadi di dua tempat di dunia yaitu Islandia dan Ijen. Dari
Kawah Ijen, kita dapat melihat pemandangan gunung lain yang ada di kompleks
Pegunungan Ijen, di antaranya adalah puncak Gunung Merapi yang berada di timur
Kawah Ijen, Gunung Raung, Gunung Suket, Gunung Rante, dan sebagainya.
Kegiatan
vulkanik pasca pembentukan kaldera diantaranya
fase letupan phreatomagmatic, freatik, strombolian dan Plinian yang
menghasilkan kerucut lingkaran, yang umumnya berupa bangunan-bangunan komposit,
dan kerucut dalam, yang sebagian besar adalah dibangun oleh material abu
vulkanik. Gunung berapi ini menghasilkan abu vulkanik muda dan kerucut scoria
(batu apung), serta lava, endapan aliran piroklastik dan endapan material hasil
longsoran dan puing-puing yang sekarang mencakup aliran kaldera. Menurut
Sitorus (1990) penanggalan radiokarbon dari endapan aliran piroklastik
menghasilkan umur> 45.000 BP (di
Jampit) 37.900 ± 1850 (di Suket), 29.800 ± 700 (di Ringgih), 24.400 ± 460 (di
Pawenen Tua), 21.100 ± 310 (di Malang) dan 2.590 ± 60 (di Ijen).
Gambar 2. Kawah Gunung Ijen
Aktivitas Letusan Ijen
Kegiatan
vulkanik yang tercatat ini adalah terbatas pada gunung berapi Ijen, yang
memiliki kandungan asam di kawah danaunya,
setidaknya merupakan catatan dalam 200 tahun terakhir. Letusan
bersejarah yang terdokumentasi ini tidak mencacat munculnya anak-anak produk
magmatik tetapi terutama hanya freatik.
Berikut
ringkasan didasarkan pada Kusumadinata (1979) dan Laporan Kegiatan Vulkanik
dari Smithsonian Institution Program Global Vulkanisme:
·
[1796] terjadi letusan freatik
·
[1817] 15-16 Januari: Letusan freatik (banjir
lumpur menuju Banyuwangi, cukup besar volume air danau dibuang ke Sungai
Banyupahit)
·
[1917] 25 Februari – 14 Maret: danau tampak
mendidih; letusan freatik berulang, lumpur dilemparkan hingga 8-10 m di atas
permukaan danau.
·
[1921-1923] Peningkatan suhu air danau; uap gas
di atas permukaan air danau.
·
[1936] 5-25 November 1936: Letusan freatik lahar
memproduksi mirip dengan 1796 dan 1817
·
[1952] 22 April 1952: letusan uap sampai 1 km
tinggi, lumpur dilemparkan hingga 7 m di atas permukaan danau
·
[1962] 13 April 1962: 7 m erupsi tinggi; gas
gelembung di permukaan danau, sekitar 10 m dengan diameter
·
18 April: gelembung air hingga 10 m tinggi,
perubahan cat air
·
[1976] 30 Oktober: air mendidih pada Silenong
selama 30 menit
·
[1991] 15,21,22 Maret: gelembung air dan
mengubah warna air, gas yang tinggi 25-50 m pencurahan pada kecepatan tinggi;
kegiatan ini tercatat sebagai gempa seismik antara 16 dan 28 Maret.
·
[1993] 3,4,7 Juli dan 1 Agustus: letusan
freatik, perubahan warna air danau, Pencurahan, kebisingan booming, uap menggumpal,
semua terpusat di tengah danau
·
[1994] Februari 3: letusan freatik kecil dari
bagian selatan danau. Bersamaan dengan letusan, tingkat danau naik ~ 1 m.
·
[1977] Akhir Juni 1997: periode aktivitas
seismik meningkat, perubahan warna air danau; gas gelembung dan daerah sampai
dipipinya; kuat bau belerang; burung terlihat jatuh ke air, satu atau lebih
pekerja belerang dekat puncak melaporkan pusing dan sakit kepala.
·
[1999] 28 Juni: letusan freatik di dua lokasi.
Sebuah ledakan yang menyertainya terdengar di pertambangan belerang km 2 situs
dari puncak dan tremor vulkanik direkam dengan amplitudo 0.5-1 mm. Minggu
berikutnya, 06-12 Juli, kuning abu-abu emisi sulfur yang diamati dari kawah dan
keras “jagoan” terdengar suara. Air danau kawah adalah putih kecoklatan dan
telah mengambang menggumpalkan belerang pada permukaan. Kegempaan meningkat
dimulai pada awal April. Jumlah tipe B acara tetap tinggi (lebih dari 34/week)
untuk sebagian periode melalui pertengahan Juni. Kemudian secara bertahap
menurun kegempaan sampai pertengahan Juli, setelah mana jumlah mingguan B-jenis
acara tetap stabil pada rata-rata 9/week. Selama periode 18 Mei sampai pekan
yang berakhir pada tanggal 21 Juni sebuah “abu membanggakan putih” naik 50-100
m.
Danau Kawah Ijen
Kawah Ijen
merupakan pusat danau kawah terbesar di dunia, yang bisa memproduksi 36 juta
meter kubik belerang dan hidrogen klorida dengan luas sekitar 5.466 hektar.
Kawah yang berbahaya ini memiliki keindahan yang sangat luar biasa dengan danau
belerang berwarna hijau toska dengan sentuhan dramatis dan elok. Danau Ijen
memiliki derajat keasaman nol dan memiliki kedalaman 200 meter. Keasamannya
yang sangat kuat dapat melarutkan pakaian dan jari manusia.Kawah ini memiliki
tingkat keasaman yang sangat tinggi yaitu mendekati nol sehingga bisa
melarutkan tubuh manusia dengan cepat. Selain itu, suhu kawah yang mencapai 200
derajat celcius menambah takjub akan kawah yang sangat besar ini. Danau kawah
itu terbentuk dari beberapa kali letusan Gunung Ijen yang terjadi pada tahun
1796, 1817, 1913, dan 1936.
Terlepas dari
potensi bahaya lahar, telah telah dikenal sejak lama bahwa sifat asam dari air
juga menghasilkan masalah lingkungan. Pada tahun 1921 dibangun sebuah bendungan
untuk mengatur tingkat air, tetapi ternyata air telah merembes melalui dinding
berpori, dan menyebabkan hulu sungai menjadi asam sepanjang 40 km panjang. Hal
ini terjadi setelah adanya rekahan di dalam kaldera itu menyebabkan air
menerobos tepi kaldera dan mencapai hunian penduduk di dataran aluvial sebelum
mencapai Laut Jawa. Di daerah ini, hampir semua air sungai yang asam digunakan
untuk irigasi. Perkebunan kopi yang luas menutupi sebagian besar dari dataran
tinggi di dalam kaldera.
Danau Kawah
berada pada ketinggian (2200 m dpl) memiliki bentuk oval yang teratur (600 x
1000 m), luas permukaan 41 x 106 m2 dan volumenya diperkirakan antara 32 dan 36
x 106 m3. Pada tahun 1921 dibangun bendungan oleh Belanda untuk mengatur
tingkat air dan mencegah melimpah bencana selama musim hujan. Awalnya pintu air
yang digunakan tetapi ini konstruksi tetapi sekarang tidak dapat
dioperasionalkan lagi karena danau ini bocor. Kesamaan antara peta topografi
1920 (Kemmerling, 1921) dan 1994 (VSI) menunjukkan bahwa morfologi kawah tidak
banyak berubah di terakhir meskipun sejarah peristiwa letusan freatik telah
terjadi berulang-ulang. Sebaliknya, morfologi dasar danau kawah telah mengalami
perubahan yang signifikan. Kedalaman soundingpada tahun 1925 mencatat kedalaman
maksimum 198 meter pada titik terdalam, yang kemudian berada di sebelah timur
dari pusat. Pada tahun 1938 titik terdalam telah bergerak ke barat dengan hasil
bahwa danau lebih dalam di pusat (~ 200 m) dan di beberapa titik di bagian
barat. Pengukuran kedalaman terbaru yang dilakukan pada tahun 1996 (Takano,
data tidak dipublikasikan) menunjukkan bahwa kedalaman maksimum sedikit ber
kurang.
Reaksi-reaksi
akibat interaksi air dengan batuan panas hasil bekuan magma serta uap-uap magma
dalam suhu tinggi ini terjadi dan menyebabkan keasaman tinggi dari air danau.
Secara sederhana danau Kawah Ijen dibuat oleh
A. Bernard (tidak diterbitkan) digambarkan disebelah ini. Menurut Bernard, air danau dengan
kandungan kimia ini ditentukan oleh
volatil magmatik, interaksi batuan dan cairan, penguapan air danau, pengenceran
oleh air meteorik dan daur ulang danau air melalui rembesan ke dalam sistem
hidrotermal bawah permukaan.
Danau ini
bertindak sebagai kimia kondensor untuk bahan yang mudah menguap dan juga
sebagai perangkap panas kalorimeter yang dipasok oleh reservoir magmatik
dangkal. Volatil magmatik dapat disuplai oleh sistem danau kawah berupa injeksi langsung berupa semburan uap magmatik (SO2, H2S, HCl dan HF)
melalui rekah-rekah yang berhubung dgn dasar fumarol atau melalui air asin
panas yang masuk di dasar danau. Dengan demikian interaksi air hujan, panas, kimiawi batuan,
serta semprotan uap magma bercampur-baur dan dimasak menjadi air danau yang
sangat asam.
Danau kawah dan sekitarnya selain
berbahaya juga membuat taman alam dengan keindahan unik yang membentuk
pemandangan yang juga sangat unik. Bersama dengan sumber air panas dan air
terjun di tangkapan kaldera, daerah ini juga menarik wisatawan.
Gambar 4. Danau Kawah Ijen
Keadaan Sosial Masyarakat
Salah satu
yang menjadi perhatian pengunjung di kawasan Kawah Ijen adalah adanya penambang
belerang tradisional. Mereka dengan berani mendekati danau untuk menggali
belerang dengan peralatan sederhana lalu dipikul dengan keranjang.
Para penambang
belerang ini mengambil belerang dari dasar kawah. Di sini asap cukup tebal,
namun dengan peralatan penutup hidung sekadarnya seperti sarung, mereka tetap
mencari lelehan belerang. Lelehan belerang didapat dari pipa yang menuju sumber
gas vulkanik yang mengandung sulfur. Gas ini dialirkan melalui pipa lalu keluar
dalam bentuk lelehan belerang berwarna merah. Setelah membeku belerang berwarna
kuning.
Setelah
belerang dipotong, para penambang akan memikulnya melalui jalan setapak. Beban
yang dipikul cukup berat antara 80 hingga 100 kg. Para penambang sudah terbiasa
memikul beban yang berat ini sambil menyusuri jalan setapak di tebing kaldera
menuruni gunung sejauh 3 kilometer.
Daerah
bahaya/waspada Gunung Ijen terdapat di tiga kabupaten yaitu Bondowoso,
Banyuwangi dan Situbondo. Jumlah penduduk yang tinggal di daerah bahaya Gunung
Ijen pada tahun 1985 berjumlah 12.155 jiwa dengan luas area sekitar 65.367 km2.
Tempat
pemukiman penduduk yang paling atas dan dekat dengan Gunung Kawah Ijen adalah
desa Kali Anyar, Kecamatan Sempol Kabupaten Bondowoso Dulu Desa Kali Anyar
termasuk dalam Kecamatan Klabang, sekarang mulai Januari 2001 dimasukkan dalam
kecamatan Sempol. Berdasarkan data tahun 2001 (BPPTK), penduduk Desa Kali Anyar
berjumlah 5.065 jiwa yang tersebar di 9 dusun yaitu : Plalangan, Blawan, K.
Sengon, K. Gedang, Ler Penang, Sumberejo, G. Blau, Watu Capil dan Curah Macam.
Penduduk Banyuwangi yang tinggal di daerah bahaya/waspada terutama yang tinggal
di daerah sepanjang aliran Kali Bendo dan Kali Mailang.
Penduduk
Kabupaten Situbondo yang tinggal di daerah bahaya/waspada Gunung Ijen adalah
yang terletak di sepanjang aliran Kali Banyuputih antara lain kecamatan
Banyuputih dan Asem Bagus. Penduduk tersebut pada umumnya bekerja sebagai
petani, pegawai perkebunan/pabrik, dan buruh.
Sejak ramai
dikunjungi turis asing, para petambang belerang di Ijen memang turut kecipratan
berkah. Setiap petambang diberi imbalan Rp200.000-Rp300.000 dalam sekali jalan
menemani turis asing. Untuk mendampingi wisatawan lokal, mereka mendapat uang
jasa Rp100.000-Rp150.000, tergantung kesepakatan.
Perjuangan
yang begitu besar apabila melihat aktivitas para penambang belerang yang setiap
hari harus mengangkut 2 (dua) bakul belerang yang beratnya dapat mencapai
kurang lebih 90 kg. Dan, setiap kilogramnya hanya dihargai Rp620,00 setiap
kilogram belerang yang dibawa oleh para penambang akan dipotong sekitar 5 kg.
Perhitungan matematisnya, misalnya satu penambang membawa 90 kg, akan dipotong
5 kg, sehingga yang didapat sekitar 95 kg, lalu dikalikan dengan Rp620,00, (95
kg x 620) akan didapat Rp58.900,00 untuk sekali angkut.
Aktivitas
penambangan di kawah Gunung Ijen memang sudah dimulai sejak tahun 1960-an,
dalam kurun waktu tersebut hingga sekarang telah berpuluh-puluh kilogram bahkan
mungkin mencapai puluhan ton belerang yang telah diangkut dari kawah. Tidak
salah kalau kawah Gunung Ijen dapat disebut dengan pabrik belerang. Kebutuhan
industri (kimia, kosmetik, pabrik gula, dan lain-lain) yang besar akan manfaat
dan fungsi belerang menjadi daya tarik penambangan belerang di kawah Ijen.
Satu hal yang
menarik dan mungkin juga menyedihkan adalah para penambang tersebut telah
melakukan penambang dari mereka usia remaja (14-16 tahun) dan biasanya usaha
ini dilakukan turun menurun dalam satu keluarga. Risiko yang dihadapi oleh para
penambang juga sangat besar mulai dari semburan asap belerang yang beracun
hingga terjatuh ke dalam jurang gunung, mereka pertaruhkan untuk dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari keluarganya.
Manfaat
belerang ini pun tak perlu diragukan lagi. Selain sebagai barang tambang,
belerang juga digunakan untuk berbagai pelengkap kebutuhan manusia, sebagai
obat misalnya.
Belerang atau
sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan
nomor atom 16 dan bentuknya non-metal yang tak berasa. Belerang, dalam bentuk
aslinya, merupakan zat padat kristalin kuning. Namun di alam, belerang dapat
ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral-mineral sulfida dan sulfat.
Ia adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino.
Penggunaan komersilnya terutama dalam fertilizer namun juga dalam bubuk mesiu,
korek api, insektisida dan fungisida.
Unsur alami
dan sifat belerang banyak digunakan di sejumlah produk obat dan kosmetik yang
membantu dalam masalah jerawat. Belerang sangat baik dalam membunuh
mikroorganisme berbahaya seperti bakteri.
Gambar 5. Penambang Belerang di Gunung Ijen
Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi
Gunung Kawah
Ijen memiliki sumberdaya gunungapi bervariasi dan sangat potensial yang meliputi
:
a.
Sublimat belerang
Sublimat
belerang merupakan produk Gunung Kawah Ijen yang sudah dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan dalam industri kimia. Belerang dihasilkan dari hasil
sublimasi gas-gas belerang yang terdapat dalam asap solfatara yang bersuhu
sekitar 200 °C. Kapasitas belerang rata-rata sekitar 8 ton/hari . Lapangan
solfatara terletak di sebelah tenggara danau Kawah Ijen.
b.
Sumber mataair panas
Sumber mataair
panas bertipe asam sulfat khlorida dengan suhu 70 °C dan pH sekitar 2, 6
terdapat didekat lapangan solfatara Ijen. Sedangkan air panas netral bertipe
bikarbonat dengan suhu sekitar 45 ° terdapat di dalam kaldera Ijen sebelah
utara yaitu di Blawan, Kabupaten Bondowoso
c.
Air Danau Kawah Ijen
Danau Kawah
Ijen merupakan reaktor multi komponen yang didalamnya terjadi berbagai proses
baik fisika maupun kimia antara lain pelepasan gas magmatik, pelarutan batuan,
pengendapan, pembentukan material baru dan pelarutan kembali zat-zat yang sudah
terbentuk sehingga menghasilkan air danau yang sangat asam dan mengandung bahan
terlarut dengan konsentrasi sangat tinggi. Air danau kawah Ijen dapat dibuat
gipsum dengan cara menambahkan kapur tohor kedalamnya. Dari hasil penelitian
yang pernah dilakukan di BPPTK tiap 1 liter air kawah Ijen yang direksikan dengan
kapur tohor secara stokiometri menghasilkan 100 gram gipsum.
d.
Lapangan Gipsum/anhidrit
Pembentukan
gipsum/anhidrit terjadi di bawah dam Kawah Ijen yaitu di hulu Kali Banyupait.
Air danau kawah yang mengandung sulfat dengan konsentrasi tinggi merembes dan
atau melewati batuan sehingga terbentuk gipsum. Batuan disini berfungsi sebagai
sumber kalsium. Dengan adanya proses penguapan/pemanasan di permukaan gipsum
yang terjadi dapat kehilangan airnya sehingga membentuk anhidrit.
e.
Batuan vulkanik terutama batu apung
Batu apung banyak ditemukan disekitar danau kawah Ijen
terutama di hulu Kali Banyupait.
f.
Objek Wisata dan studi vulkanologi
Gunung Danau Kawah Ijen selain menarik
dijadikan sebagai objek wisata juga sangat menarik untuk studi geologi dan
geokimia.
Gunung Kawah Ijen merupakan salah satu
daerah tujuan wisata di Jawa Timur yang selalu ramai dikunjungi baik oleh
wisatawan domestik maupun mancanegara. Alam pegunungan yang indah dan sejuk
sering mereka nikmati mulai dengan cara berkemah di Paltuding. Dengan ditemuinya
ayam hutan disepanjang jalan aspal menunjukkan bahwa. keasrian gunung dan hutan
masih terawat dengan baik.
Di Puncak
Gunung Ijen terdapat danau kawah dengan airnya yang berwarna hijau toska dan
ber-pH sangat asam. Di sebelah tenggara danau terdapat lapangan solfatara yang
merupakan dinding danau Kawah Ijen dan di bagian barat terdapat Dam Kawah Ijen
yang merupakan hulu dari Kali Banyupait.
Lapangan
solfatara Gunung Kawah Ijen yang selalu melepaskan gas vulkanik dengan
konsentrasi sulfur yang tinggi dan bau gas yang kadang menyengat dan
mengiritasi saluran pernafasan ini merupakan objek wisata yang tak pernah
terlewatkan untuk didatangi, bahkan tempat ini disiang hari tak pernah sepi
karena selalu terdapat penambang belerang yang mengambil dan mengangkut/memikul
sublimat belerang sampai di Paltuding.
Dam Kawah Ijen
merupakan bagian dari objek wisata menarik tetapi tidak selalu dikunjungi oleh
wisatawan dikarenakan antara lain pencapaiannya yang sulit disebabkan jalan
menuju kesana sering rusal karena terjadi longsor. Dam Kawah Ijen adalah
bangunan beton yang dibangun sejak jaman penjajahan Belanda dan dimaksudkan
untuk mengatur level air danau agar tidak menyebabkan banjir air asam. Tetapi
bendungan ini sekarang tidak berfungsi karena air tidak pernah mencapai pintu
air disebabkan terjadinya rembesan/bocoran air danau di bawah dam.
Terjadinya
rembesan yang terus menerus ini mengakibatkan terjadi proses pembentukan gypsum
dari hasil reaksi sulfat yang terkandung dalam air danau dengan senyawa Kalsium
baik dari air tersebut maupun dengan Kalsium dari batuan yang dilewati dan
proses penguapan yang juga mempercepat pembentukannya. Lapangan Gipsum dapat
menjadi salah satu objek wisata yang menarik bila dikelola secara professional.
Daftar Pustaka
Wisata Banyuwangi.(n.d). Kawah Ijen_Banyuwangi.http://www.eastjava.com/tourism/banyuwangi/ina/ijen-crater.html (Diakses pada Sabtu 31 Oktober 2015 pukul 3:20)
Sahabat Wisata
Indonesia . (n.d). Sejarah Terbentuknya
Gunung Ijen.http://sahabatwisataindonesia.com/sejarah-terbentuknya-gunung-ijen/ ( Diakses pada Sabtu 31 Oktober 2015 pukul 3:37)
Suparman,
Yassa. (2010). Gunung Api Indonesia. http://volcanoindonesia.blogspot.co.id/2010/11/kawah-ijen.html
(Diakses pada Sabtu 31 Oktober 2015 pukul 3:45)